Selama bekerja bersama dengan dr. Julius S, terutama saat visite pasien bedah bersamanya aku banyak belajar baik itu ilmu kedokteran maupun theologia. Bagaimana seorang dokter mesti menyentuh pasiennya. Sentuhan itu wujud kasih serta empati seorang dokter terhadap pasien dan sentuhan itu berefek positif terhadap pasien sehingga pasien bisa sembuh. Aku banyak belajar tentang ilmu bedah terutama anatomi dan fisiologi manusia, yang ternyata sangat berguna sewaktu aku menjalani residensi Rehab Medik sekarang ini. Aku tahu ini rencana Tuhan yang memakai papa mempersiapkanku memasuki jenjang spesialisasi.
Seperti dokter umum lain yang bekerja di UGD RS Baptis, aku juga ketakutan jika konsul ke papa. Apalagi waktu awal2 aku bekerja (tahun 2002) papa sangat terkenal sangat tegas dan disiplin. Bahkan sampai2 ada teman dokter umum RSBK sampai tukar jadwal jaga menghindari konsulen bedahnya dr. Julius S,SpB. Aku tahu papa punya standar yang tinggi buat seorang dokter umum. Jadi jika kita mau melapor pasien/konsul kita mesti siap dan mengerti benar pasien kita. Tapi hasil dari konsul, kita mendapat banyak ilmu dan beres
semua masalah. Selain itu sekalipun papa punya standar tinggi untuk kita, tapi beliau menerima kita apa adanya.
Menurut papa pembelajran atau transfer ilmu di kedokteran yang terbaik adalah "bed side teaching" dengan peserta yang sedikit. Model ini sangat mirip dengan prinsip pemuridan. RS Baptis Batu sendiri punya sistem seperti itu yaitu asistensi dan menurut saya itu sangat bermanfaat bagi dokter umum.
Saat2 berkesan lain dengan papa adalah saat aku meminta ijin berpacaran dengan putrinya. Bagiku ini lebih menakutkan dibanding waktu konsul pasien. Yang lucunya adalah kami sering bertemu di Batu tapi meminta ijinnya di Jakarta. Tapi di luar dugaanku ternyata papa dengan muka serius dan tersenyum mengijinkanku dan berpesan karena usia kami sudah sama2 dewasa pacarannya bukan yang pacaran anak2 ABG tapi secara dewasa yaitu pacaran untuk mempersiapkan ke jenjang yang lebih serius lagi.
Saat acara lamaran papa yang biasa pandai berbicara jadi speechless karena bicara bapak yang memukau. Lebih mengagetkan lagi waktu ditanya apakah menerima lamaran anak saya, papa menjawabnya "Sebagai seorang Bapak, tidak ada satu priapun yang pantas untuk putrinya". Bapak kemudian menjawab " Jadi sebenarnya diterima atau tidak lamaran saya?". Papa menjawab "Iya2". Sampai di rumahpun kakak2 juga masih bertanya kalian itu diijinkan gak si? Bagiku itulah papa dengan gaya khasnya.
Sewaktu acara "sungkeman" waktu menikah papa membisikkan kepadaku "Gus, kamu sekarang sudah menjadi anakku" Aku tahu dengan berkata seperti itu aku berhak memanggilnya papa, meskipun dari sebelumnya beliau sudah kuanggap seperti ayahku sendiri.
Papa selalu mensupportku untuk menjadi spesialis, makanya tidaklah heran sewaktu aku diterima sebagau PPDS Rehabilitasi Medik itu sangat membahagiakan papa.
Aku banyak belajar dari papa tentang prinsip hidup, ilmu kedokteran, theologia bahkan politik. Sungguh seorang pribadi yang tak terlupakan dalam hidupku bahkan sampai akhir hidupnya. Aku bersyukur boleh menjadi anaknya boleh belajar banyak darinya.
Thanks Pa, you coloured my life. I always love you.