Jumat, 03 April 2015

JANJI

Sumber : http://www.gretchenrubin.com

Bukankah kau yang berjanji untuk kembali
Membawa setangkup rindu yang berisikan cinta
Membebat jiwa dari derita
Yang meradang dalam bimbang
Terbius oleh getar-getar asmara

Bukankah kau yang memintaku tuk menunggu
Membiarkan gelisah bercanda di ujung waktu
Menusuk jiwa yang renta
Berbicara tanpa kata
Diam
Bisu
Sementara detak jantung berpacu
Bersatu dengan lenguhan kalbu

Aku jiwa yang menanti
Menanti sebuah janji
Janji yang tak terdefinisi


Surabaya, maret 2015



Senin, 02 Maret 2015

RINDU

Sumber : pakarcinta.com


Selamat malam rindu
Masihkah engkau bersemayam di antara waktu
Terjerat dalam ketiadaan semu
Terpaku
Berkarat dalam jiwa yang penat

Selamat malam rindu
Apakah engkau ada di ujung waktu
Terdiam dalam riak gelombang
Tergerus dalam arus
Membeku
Dalam liarnya api dendam

Selamat malam rindu
Absurd aku menyapamu
Sementara tak kujumpai dirimu
Dalam ketiadaan waktu....




Surabaya, feb 2015

Kamis, 21 Agustus 2014

DALAM BANGSAL

dr. I. Lukitra Sp KFR (Koleksi pribadi)


Sosok-sosok tubuh lemah
tenggelam dalam keputusasaan
tergolek dalam ketakberdayaan
terbaring dalam kelemahan

Aku datang menghampiri satu per satu
sejuta harap hadir dalam binar mata
dengan lembut kusapa mereka
"Aku bukan Tuhan..." kataku kemudian
Secercah asa itu meredup
digantikan kegamangan yang menggelayut
"Aku juga bukan malaikat ..."
mata itu tak berkejab melekat erat memandangku
"Aku hanya manusia biasa,
Tapi aku pelayan-Nya..., menjadi alat kesembuhan dari-Nya,
akan kuberikan yang terbaik, bahkan hidupku sekalipun
dengan ilmu yang kupelajari bertahun-tahun.."

Namun aku tetaplah manusia biasa
yang butuh dimengerti juga
kadang alpa dan juga dosa

Bukan dengan japa mantra
ataupun kekuatan magis dan adi kodrati
namun hanya jiwa yang berbelas kasih
yang didasari ilmu kesembuhan
dan kuasa Tuhan semata

Aku bukan dukun atau paranormal
aku hanya manusia biasa
yang bergelut dengan diktat tebal bertahun-tahun
yang berjibaku ditemani malam kelam
dalam adrenalin yang terus mengalir

Aku hanya perantara kesembuhan
Aku bukan Tuhan


Surabaya, Agustus 2014


NADIR


Jiwa yang berkubang lumpur dosa ini

layakkah kupersembahkan pada-Mu
tubuh yang berlumuran nista ini
sucikah kubawa ke mezbahmu
roh yang bercampur dengan kekotoran nurani
patutkah kuhantar ke altarmu
aku gamang....
dengan apakah kan kubasuh semua ini
Kemanakah Engkau pergi dariku?

Dalam doaku
Kubersujud
Mencari wajahMu dalam kelamnya hidup
Adakah Kau ada untukku?
Sementara berjuta harap kian punah
Aku terurai oleh asa yang menghilang
Atrofi akan jati diri
Remuk hancur tak bersisa
Jatuh dalam nadir tak terkira

Saat aku dalam dua dunia
Antara ada dan tiada
CahayaMu menyentuh jiwaku
Membungkusku menghangatkanku
Memberi nafas baru bagiku
Aku menangis
Kusadari
KasihMu memberiku hidup...




Surabaya, Januari 2015

Jumat, 25 Juli 2014

SUJUDKU

Masjid Agung Demak (koleksi pribadi)

Di bawah telapak-MU
kubersimpuh dengan bibir kelu
tak kuasa aku memandang wajah-Mu
tertunduk aku dalam tatapan sayu

Aku datang lagi
mengetok pintu rumah-Mu
walau terasa hambar dan hampa
pilar-pilarmu yang kukuh
menyangga ragaku yang rapuh
penuh luka karena dosa

Aku datang lagi pada-Mu
setelah lelah sudah aku mengembara
mencari harapan di antara bayang-bayang
mencari sekeping hati suci
di tengah padang ilalang dunia

Biarlah kini...
di hadapan-Mu kutundukkan wajahku
kusatukan kata hatiku
dalam sujudku


Demak, 2011




Minggu, 13 Juli 2014

PENGETAHUAN YANG BENAR KUNCI STOP DISKRIMINASI & STIGMA NEGATIF PENDERITA TB

Sumber di sini
Kata “stigma” berasal dari bahasa Yunani, untuk menyebut bekas luka pada kulit akibat ditempel besi panas yang dilakukan pada budak, penjahat atau orang-orang yang dianggap kriminal lainnya, sehingga mudah diidentifikasi sebagai orang yang hina atau harus dijauhi. Stigma juga bisa diartikan sebagai “label”untuk orang-orang yang tidak dikehendaki.
Dalam pengertian yang sederhana, stigma adalah sikap atau attitude negatif yang terkait dengan keyakinan atau pengetahuan seseorang. Sedangkan diskriminasi adalah perilaku atau action yang dilakukan. “Stigma” dan “diskriminasi” adalah pandangan negatif terhadap orang atau kelompok tertentu yang dianggap mempunyai sesuatu yang tidak baik.
Stigma tidak hanya dikaitkan dengan orang dengan Penyakit TB tapi juga melekat pada pasien penyakit lainnya, misalnya; kusta dan HIV dan AIDS. Stigma tentang pasien TB sangat berkaitan dengan penyakit yang tidak bisa disembuhkan, penyakit orang miskin, penyakit keturunan, penyakit kutukan, penyakit guna-guna dan lain sebagainya.
Stigma yang muncul pada penyakit TB menyebabkan munculnya diskriminasi pada pasien TB. Diskriminasi terhadap pasien TB saat ini sudah sangat berkurang dibanding tahun 1970 an, seiring denga ditemukan serta di pasarkanya obat-obatan TB kategori I ( Ethambutol, Pirazinamid, Izoniasid dan Ripampizin) dan makin meratanya layanan terhadap pasien TB hamper di seluruh Puskesmas tingkat Kecamatan di Seluruh Indonesia.
Stigma di masyarakat umum telah memunculkan diskriminasi pada pasien TB. Bentuk-bentuk diskriminasi yang muncul adalah: pengusiran, pengasingan, tidak dilayani disuatu pelayanan sosial dan atau bahkan kesehatan, pemecatan dari pekerjaaan dan lain sebagainya.
Adalah hal yang wajib untuk menghapuskan stigma negatif dan diskriminasi terhadap penderita TB. Label yang negatif dapat mengakibatkan banyak hal terutama semakin merebaknya penderita TB. Bagaimana tidak? Bila seorang penderita TB mengalami diskriminasi, dia akan dikucilkan. pengucilan ini menyebabkan dia tidak berobat dengan baik dan benar. Penderita TB aktif yang mengalami pengusiran dari tempat tinggalnya lalu pergi ke daerah baru dan bergaul dengan orang akan cepat menyebarkan kuman TB. Sehingga akan terbentuk endemi baru TB. Secara singkat akibat yang ditimbulkan adanya diskriminasi dan stigma negatif pada penderita TB adalah :
  • Pengucilan penderita TB mengakibatkan penderita tidak mendapatkan pengobatan yang benar. Hal ini mengakibatkan penderita tetap akan menderita TB yang aktif yang siap menularkan kepada orang lain terutama keluarga yang tinggal satu rumah. 
  • Pengusiran penderita TB dari tempat tinggalnya seperti yang sudah saya sebutkan di atas akan mengakibatkan penyebaran kuman TB ke daerah yang baru.
  • Tidak dilayani di suatu pelayanan sosial atau kesehatan mengakibatkan kuman TB siap aktif.
  • Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) atau pemecatan mengakibatkan kondisi sosial ekonomi penderita TB semakin terpuruk. Kondisi ekonomi yang tidak baik akan mengakibatkan penderita TB tidak mendapatkan asupan gizi yang baik karena tidak ada uang untuk membeli nutrisi yang bergizi yang mengakibatkan penyembuhan TB tidak berlangsung. Kondisi sosial ekonomi yang kurang juga akan berimbas kepada lingkungan tempat hidupnya.
Intinya semakin terjadi diskriminasi pada penderita TB semakin mengakibatkan merajalelanya kuman TB sehingga pengendalian TB akan semakin sulit. Pengendalian TB yang sulit akan berakibat beban ekonomi negara semakin berat.


STOP DISKRIMINASI & STIGMA NEGATIF

Untuk menghentikan diskriminasi dan stigma negatif terhadap penderita TB ada baiknya kita belajar sejenak tentang ilmu perilaku manusia.

MOTIVASI

Perilaku manusia itu didasari oleh suatu motivasi. Sedangkan motivasi adalah seluruh dorongan, keinginan, hasrat, dan tenaga penggerak atau dorongan lainnya yang berasal dari dalam diri individu untuk melakukan suatu tindakan. Motivasi member tujuan dan arah kepada perilaku individu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi itu adalah :
  1. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar tetapi di dalam diri individu tersebut sudah terdapat dorongan untuk melakukan sesuatu.
  2. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang ada karena dipengaruhi oleh faktor- faktor dari luar diri individu tersebut (lingkungan).
Adapun fungsi motivasi adalah :
  1. Mendorong manusia untuk berbuat, yakni sebagai penggerak atau motor yang melepas energi.
  2. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang ingin dicapai.
  3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang untuk mencapai tujuan dengan mengeliminasi perbuatan-perbuatan yang tidak mengandung manfaat bagi tujuan tersebut.
Berdasarkan pendapat Dirgagunasa karena dilatarbelakangi adanya motif maka tingkah laku tersebut disebut tingkah laku bermotivasi. Tingkah laku bermotivasi itu sendiri dapat dirumuskan sebagai tingkah laku yang dilator belakangi karena adanya suatu kebutuhan. Lingkaran Motivasi terdiri dari : 
Berdasarkan pendapat Maslow, kebutuhan dibagi berdasarkan tingkat kebutuhan manusia, yaitu :
  1. Kebutuhan fisiologis, adalah kebutuhan primer yang harus terpenuhi (kebutuhan makan, minum, seks, sandang).
  2. Kebutuhan keamanan dan keselamatan, adalah kebutuhan akan keamanan dari ancaman yakni merasa aman dari ancaman, kecelakaan, dan keselamatan dalam melakukan aktivitas.
  3. Kebutuhan sosial, adalah kebutuhan berteman, dicintai, dan mencintai serta diterima dalam pergaulan kelompok.
  4. Kebutuhan akan penghargaan diri, adalah pengakuan serta penghargaan dan prestise dari orang lain.
  5. Kebutuhan aktualisasi diri, adalah kebutuhan akan aktualisasi diri dengan menggunakan kecakapan, kemampuan, ketrampilan untuk mencapai prestise. 
Unsur kedua dari lingkaran motivasi adalah perilaku yang dipergunakan sebagai cara atau alat agar suatu tujuan bisa tercapai. Perilaku terjadi baik secara sadar maupun tidak sadar. Unsur ketiga dari lingkaran motivasi adalah tujuan yang berfungsi untuk memotivasi perilaku. Tujuan juga menentukan seberapa aktif individu akan berperilaku. Sebab, selain ditentukan oleh motif dasar, perilaku juga ditentukan oleh keadaan dari tujuan. Jika tujuannya menarik, individu akan lebih aktif lagi berperilaku.

Pada dasarnya perilaku manusia bersifat majemuk, karena itu tujuan dari perilaku tidak hanya satu. Selain tujuan pokok (primary goal), ada juga tujuan lain atau tujuan sekunder (secondary goal).

Perilaku diskriminasi terhadap penderita TB bisa timbul akibat kebutuhan keamanan dan keselamatan masyarakat yang sehat terancam. Stigma negatif yang turun temurun mereka ketahui mengakibatkan rasa takut mereka akan tertular TB. Sehingga tidak heran timbul sikap penolakan dan pengucilan bahkan pengusiran penderita TB.

PENGETAHUAN

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan ini  akan berpengaruh terhadap sikap seseorang terhadap suatu hal.

SIKAP


Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak, berpersepsi dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan, situasi atau kelompok.

Sikap mengandung daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro dan kontra terhadap sesuatu, menentukan apakah yang disukai, diharapkan dan diinginkan, mengesampingkan apa yang tidak diinginkan dan apa yang harus dihindari. 

TINDAKAN


Suatu rangsangan akan direspon oleh seseorang sesuai dengan arti rangsangan tersebut bagi orang yang bersangkutan. Respon atau reaksi inilah yang disebut dengan perilaku, bentuk-bentuk perilaku itu sendiri dapat bersifat sederhana dan kompleks.

Dalam peraturan teoritis,tingkah laku dibedakan atas sikap,dimana sikap diartikan sebagai suatu kecenderungan potensi untuk mengadakan reaksi (tingkah laku). Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu tindakan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan atau suatu fasilitas.


Pengetahuan --> Sikap --> Niat --> Tindakan

Jadi untuk mengubah tindakan yang berupa diskriminasi terhadap penderita TB diperlukan pengetahuan yang benar tentang penyakit TB sehingga sikap yang dikenal selama ini bisa berubah.

Pengetahuan sendiri dibentuk melalui beberapa tingkatan yaitu :
  • Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
  • Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secarabenar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
  • Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telahdipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum – hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
  • Analisa (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
  • Sintesis (synthetis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian – bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi – formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
  • Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Mengubah pengetahuan masyarakat tentang TB membutuhkan waktu karena tingkatan-tingkatan pengetahuan di atas. Sehingga diperlukan tindakan yang komprehensif dan terus menerus dalam menyebarkan pengetahuan TB tersebut.

Jadi kunci dari perubahan sikap dan tindakan ini adalah penyebarluasan pengetahuan yang benar tentang TB. Tentu saja pengetahuan yang benar ini diberikan kepada :
  • Masyarakat sekitar sehingga tidak memberikan stigma negatif dan diskriminasi
  • Penderita TB sehingga mempunyai perilaku sehat dan motivasi untuk berobat secara tuntas.
  • Pemerintah atau negara sehingga memiliki komitmen untuk memberantas tuntas TB
Pengetahuan yang disebarkan terutama adalah :
  • TB dapat diobati dan disembuhkan jika penderita menjalankan pengobatan TB secara tuntas.
  • Perlunya kerjasama masyarakat dan petugas kesehatan dalam menemukan penderita baru TB atau penderita yang putus obat.
  • Perlunya peran masyarakat dan negara dalam memberantas tuntas TB.
  • Adanya obat gratis yang diberikan kepada penderita TB dari pemerintah.
  • Akibat yang ditimbulkan jika penderita TB tidak diobati secara tuntas sehingga terjadi MDR TB.
  • Adanya HIV dan TB merupakan koinfeksi yang berbahaya, sehingga diperlukan perhatian khusus.
  • Stop diskriminasi dan stigma negatif terhadap penderita TB karena akan berdampak merugikan dan semakin tersebar luasnya kuman TB.
Jadi tunggu apa lagi mari kita sebarkan pengetahuan tentang penyakit TB yang benar sebagai relawan-relawan TB.

Sebagai penutup, bagi saya setiap blogger yang mengikuti blog competition TB ini adalah penyebar pengetahuan yang benar tentang TB. Selamat buat kita semua. Kita semua adalah pemenangnya. Sebagai agen-agen terbaik penyebar pengetahuan tentang TB yang benar.

Jika ingin mengetahui informasi tentang TB lebih lanjut, silahkan akses informasinya di :
Web          : http://www.tbindonesia.or.id/
Facebook : Stop TB Indonesia
Twitter       : @StopTBIndonesia

Tulisan ini diikutkan dalam Blog CompetitionTemukan dan Sembuhkan Penderita TB, Serial 8 dengan tema “Stigma dan Diskriminasi Terhadap Pasien TB”

#SembuhkanTB @TBIndonesia

Referensi :
www.tbindonesia.or.id
www.stoptbindonesia.org
www.depkes.go.id
http://repository.usu.ac.id

Artikel terkait :

Serial 1
Serial 2
Serial 3
Serial 4
Serial 5
Serial 6
Serial 7

Minggu, 29 Juni 2014

RELAWAN TB INDONESIA

Seorang relawan TB (sumber di sini)
Seperti yang sudah kita bahas di serial-serial sebelumnya, TB sebagian besar menyerang usia produktif dan masyarakat dengan sosial ekonomi yang kurang menguntungkan. TB menjadi penyebab tersering untuk kesakitan dan kematian pada ODHA (Orang Dengan HIV AIDS).

TB sering dihubungkan dengan kemiskinan, lingkungan yang kumuh, padat dan terbatasnya akses untuk perilaku hidup bersih dan sehat. Wanita hamil dan anak-anak juga sangat rentan terkena TB.

Sebanyak 1/3 kasus TB masih belum terakses atau dilaporkan. Bahkan sebagian besar kasus TB terlambat ditemukan sehingga saat diagnosa ditegakkan mereka sudah dalam tahap lanjut bahkan kuman telah resisten obat sehingga sulit diobati.

Keterlambatan pengobatan ini bermakna karena menunjukkan lebih banyak lagi penduduk yang sudah terpapar TB.

Ada hubungan timbal balik antara TB dan kemiskinan di negara dengan ekonomi lemah yang notabene ke-4 besar negara dengan kasus TB terbanyak masuk kriteria tersebut. Untuk lebih lengkapnya bisa dibaca di sini. Ada beban ekonomi yang harus ditanggung oleh keluarga penderita TB, masyarakat dan negara.

Strategi DOTS yang telah dicanangkan WHO adalah strategi yang efektif dan efesien dalam tatalaksana TB. Di mana strategi DOTS ini mengutamakan pengobatan dengan panduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh PMO (Pengawas Minum Obat). Sehingga diharapkan bisa menyembuhkan 85% dan mendeteksi 70% orang-orang yang menderita TB.

Seperti yang telah dijelaskan dalam tulisan sebelumnya tentang segitiga epidemiologi ada tiga faktor yang berperan terjadinya penyakit yaitu pejamu (host), agen (agent), dan lingkungan(environment). Ketidakseimbangan ke-3 unsur tersebut menyebabkan terjadinya penyakit. Untuk lebih detailnya bisa dibaca disini.

Upaya pelayanan kesehatan mencakup upaya peningkatan (promotif), upaya pencegahan (preventif), upaya penyembuhan (kuratif) dan upaya pemulihan (rehabilitatif) yang bersifat menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.

Relawan

Masyarakat berperan penting dalam upaya pelayanan kesehatan terutama dalam penanggulangan TB. Dalam segitiga epidemilogi masyarakat berperan dalam unsur lingkungan atau environment. Penanganan TB memerlukan peran serta dan kepedulian masyarakat. Masyarakat bisa menjadi relawan yang peduli terhadap TB

Peran masyarakat dalam upaya Promotif

Masyarakat sebagai relawan yang peduli TB berperan dalam promotif adalah dengan :
  • Menemukan penderita TB, baik penderita TB baru maupun penderita TB yang putus obat untuk memeriksakan diri. Sehingga angka cakupan TB akan meningkat.
  • Menyebarkan pengetahuan tentang TB kepada orang lain.
  • Mempromosikan pentingnya vaksinasi BCG untuk anak-anak.
  • Mempromosikan gaya hidup sehat kepada masyarakat sekitarnya.
  • Mempromosikan bahwa pengobatan TB harus sampai tuntas, sehingga angka kegagalan pengobatan TB yang bisa berkembang menjadi MDR TB menurun.
Peran masyarakat dalam upaya Preventif

Masyarakat sebagai relawan yang peduli TB berperan dalam preventif adalah dengan :
  • Mencegah terjadinya penyebaran TB di lingkungannya dengan mengupayakan lingkungan yang sehat baik itu lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
  • Menjaga lingkungan fisik yang sehat seperti rumah dengan ventilasi yang baik, tidak lembap, cukup cahaya matahari sehingga kuman TB tidak berkembang biak.
  • Mencegah dan melindungi anak-anak dengan vaksinasi BCG.
  • Menjaga lingkungan sosial yang baik, sehingga penderita TB merasa diterima, tidak minder dan mau menuntaskan pengobatannya sehingga angka putus obat TB bisa dicegah.
Peran masyarakat dalam upaya Kuratif

Masyarakat sebagai relawan yang peduli TB berperan dalam kuratif adalah dengan :
  • Menolong dan memotivasi pasien TB agar sembuh dengan menuntaskan pengobatannya.
  • Menjadi PMO untuk mencegah angka putus obat.
  • Memberikan pengertian tentang gaya hidup yang baik, lingkungan yang sehat dan makanan yang bergizi sehingga pengobatan TB lebih efektif.
Peran masyarakat dalam upaya Rehabilitatif

Masyarakat sebagai relawan yang peduli TB berperan dalam rehabilitatif adalah dengan :
  • Tidak memberikan stigma negatif sehingga penderita merasa diterima dan tetap bisa membaur dengan masyarakat.
  • Menjaga lingkungan yang sehat. 
Masyarakat dapat berperan sebagai relawan secara pribadi (sebagai PMO misalnya) atau tergabung dalam komunitas peduli TB dan kelompok saling mendukung. Sinergi yang baik antara pemerintah dan masyarakat akan mempercepat pemberantasan TB di indonesia. Bersama kita bisa. Tunggu apa lagi. Yuk jadi relawan TB di Indonesia.

Jika ingin mengetahui informasi tentang TB lebih lanjut, silahkan akses informasinya di :
Web          : http://www.tbindonesia.or.id/
Facebook : Stop TB Indonesia
Twitter       : @StopTBIndonesia

Tulisan ini diikutkan dalam Blog CompetitionTemukan dan Sembuhkan Penderita TB, Serial 7 dengan tema Peran Masyarakat dalam Pengendalian TB.

#SembuhkanTB @TBIndonesia

Referensi :
www.tbindonesia.or.id
www.stoptbindonesia.org
www.depkes.go.id
www.worldvision.org.ph

Artikel terkait :

Serial 1
Serial 2
Serial 3
Serial 4
Serial 5
Serial 6
Serial 8