Minggu, 06 April 2014

TB TULANG BELAKANG SAAT HAMIL

Sumber : buletin kesehatan, radiopedia.org

Siang itu hari yang cukup panas di Surabaya, setelah lelah berkeliling menjawab konsulan segera kupacu langkahku menuju bagian Rehab untuk mengikuti ilmiah siang. Kulirik jam di poliklinik jam 1 kurang lima menit. Aku setengah berlari menaiki tangga menuju ruang ilmiah. Sesampai di ujung tangga disebelah telepon kulirik ada konsulan baru, dari ruang kandungan dengan diagnosis Pott's disease. Sambil berlalu kutulis initialku. Kupikir akan kujawab setelah selesai jam ilmiah.
Tanpa terasa ilmiah berlalu dan selesai jam 15.00. Aku segera keluar diantara hamburan teman-teman PPDS yang lain. Aku bergegas menuju ruang kandungan. Kucari nama dan ruangan sesuai dengan buku konsul tadi. 
Akhirnya aku menemukan pasienku. Seorang wanita masih muda usia 24 tahun sebut saja namanya Bunga, hamil dengan usia kehamilan 31-32 minggu. Setelah menanyakan beberapa hal (anamnesis) dan melakukan pemeriksaan fisik akhirnya kudapatkan beberapa hal yang memang ke arah diagnosis TB pada tulang belakang atau Pott's disease.

Pasien ini mengeluhkan kelemahan kedua tungkai disertai rasa tebal dan kesemutan sebatas payudara kebawah sejak 4 bulan yang lalu dan memberat 1 bulan ini dengan kesemutan dan rasa tebal pada lengan dan kedua tangan. Tidak didapatkan gangguan keringat dan kulit kering. Buang air kecil melalui selang kateter dan buang air besar tiap 3 hari sejak hamil. Nyeri di tulang belakang bagian leher punggung atas. Berat badan tidak menurun, tidak ada batuk berdahak lama dan tidak ada keringat malam. 

Dari riwayat sebelumnya, tidak didapatkan riwayat trauma atau terjatuh atau kecelakaan maupun benjolan di tempat lain. Tidak ada kontak dekat dengan penderita TB. Pasien tidak pernah didiagnosa sakit TB maupun tumor sebelumnya. Pasien pernah mengalami keguguran 1 tahun  yang lalu.
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan yang mendukung ke arah gangguan motorik dan saraf pada pasien. Kemudian saya melihat hasil laboratoris yang mendukung ke arah radang kronis. Pemeriksaan dahak tidak dapat dilakukan karenpasien tidak dapat mengeluarkan dahak. Hasil foto Rontgen dada didapatkan kerusakan pada tulang belakang daerah atas dan adanya benjolan di jaringan lunak sekitar tulang belakang tersebut. Hasil MRI menunjukkan hal yang serupa.
Kasus apakah itu ? Apakah TB ?
Pada pasien ini tidak didapatkan gejala khas dari infeksi TB, tetapi hal ini belum dapat menyingkirkan diagnosis TB. Diagnosis pada pasien ini berdasarkan klinis, epidemiologis dan radiologis. Adanya gangguan pada saraf pada tangan dan kaki, tanpa adanya riwayat  trauma dan pada usia muda mengarah pada kecurigaan TB tulang belakang. Hal ini berdasarkan literatur bahwa diagnosa TB pada daerah endemis dapat berdasarkan klinis dan radiologis, serta spondilitis TB merupakan penyebab utama tetraparese non traumatik (kelemahan ke-empat anggota gerak tanpa ada riwayat jatuh) di daerah endemis.
Dari hasil laboratorium didapatkan hasil yang menunjukkan radang kronis (LED yang meningkat). Tes mantoux tidak dilakukan pada pasien ini, apabila hasilnya positif bisa suatu false positif, karena Indonesia merupakan negara endemis TB dan bisa akibat vaksinasi BCG. Pemeriksaan dahak dan FNAB tidak dapat dilakukan, tetapi hal ini tidak menunda diagnosis dan pengobatan TB, karena kedua pemeriksaan tersebut bisa menunjukkan hasil yang negatif pada spondilitis TB. Pemeriksaan Rontgen dada dan MRI juga menyokong adanya TB tulang belakang. Jadi pasien di atas adalah seorang penderita TB tulang belakang saat hamil.
Apakah yang akan dilakukan dokter ?
Penanganan pada pasien ini melibatkan banyak dokter spesialis (Bedah tulang, rehabilitasi medik, paru, penyakit dalam, radiologi, penyakit saraf, ilmu kesehatan anak dan tentu saja kandungan dan kebidanan). Melalui pertemuan bersama diputuskan untuk memberikan terapi TB dengan 2 fase. Fase intensif diberikan selama 2 bulan, dimana pasien minum obat setiap hari. Fase selanjutnya adalah fase lanjutan dengan lama 7 bulan dan obat diminum 3 kali seminggu. Karena adanya ketuban pecah dini dan letak lintang maka diprogramkan untuk melahirkan bayi dengan operasi. Sebelumnya dilakukan pematangkan paru-paru bayinya dulu. Selain itu sambil menunggu taksiran berat janin 2000 gram dengan terus memonitor cairan ketuban.
Setelah dilahirkan bayinya dilanjutkan dengan operasi pada tulang belakang dan memperbaiki dan menstabilkan dengan screw.
Hasilnya ?
Setelah melalui 2 kali operasi hasil luar biasa di tunjukkan. Melalui program rehabilitasi medik dengan memakai orthesa dan latihan yang dilakukan, Bunga dapat kembali seperti sedia kala. Bahkan sekarang bisa kembali kerja.
Kasus TB tulang belakang dengan kehamilan adalah kasus yang jarang. Namun bukan berarti tidak bisa terjadi di sekitar kita. Bukan berarti pula tidak dapat disembuhkan. Ayo stop TB. Dengan menemukan pasien secepat mungkin maka hasil pengobatan juga akan maksimal.
Seperti yang terjadi pada Bunga. Stop TB!

Sumber :

 www.tbindonesia.or.id
 www.who.org
G.C. Khilnani. Tuberculosis and pregnancy. Indian J Chest Dis Allied Sci 2004;46:105-11. 

Badve SA, Ghate SD, Badve MS , Rustagi T, Macchiwala T, Parekh AN et al. Tuberculosis of spine with neurological deficit in advanced pregnancy: a report of three cases. J spinee The Spine Journal 2011;11:e9–16.

Bregeron KG, Bonebarke RG, Gray CJ. Tuberculosis in pregnancy : current recommendations for screening and the treatment in the USA.Anti-infect Ther 2004;2(4):589-98.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar