Jumat, 25 Juli 2014

SUJUDKU

Masjid Agung Demak (koleksi pribadi)

Di bawah telapak-MU
kubersimpuh dengan bibir kelu
tak kuasa aku memandang wajah-Mu
tertunduk aku dalam tatapan sayu

Aku datang lagi
mengetok pintu rumah-Mu
walau terasa hambar dan hampa
pilar-pilarmu yang kukuh
menyangga ragaku yang rapuh
penuh luka karena dosa

Aku datang lagi pada-Mu
setelah lelah sudah aku mengembara
mencari harapan di antara bayang-bayang
mencari sekeping hati suci
di tengah padang ilalang dunia

Biarlah kini...
di hadapan-Mu kutundukkan wajahku
kusatukan kata hatiku
dalam sujudku


Demak, 2011




Minggu, 13 Juli 2014

PENGETAHUAN YANG BENAR KUNCI STOP DISKRIMINASI & STIGMA NEGATIF PENDERITA TB

Sumber di sini
Kata “stigma” berasal dari bahasa Yunani, untuk menyebut bekas luka pada kulit akibat ditempel besi panas yang dilakukan pada budak, penjahat atau orang-orang yang dianggap kriminal lainnya, sehingga mudah diidentifikasi sebagai orang yang hina atau harus dijauhi. Stigma juga bisa diartikan sebagai “label”untuk orang-orang yang tidak dikehendaki.
Dalam pengertian yang sederhana, stigma adalah sikap atau attitude negatif yang terkait dengan keyakinan atau pengetahuan seseorang. Sedangkan diskriminasi adalah perilaku atau action yang dilakukan. “Stigma” dan “diskriminasi” adalah pandangan negatif terhadap orang atau kelompok tertentu yang dianggap mempunyai sesuatu yang tidak baik.
Stigma tidak hanya dikaitkan dengan orang dengan Penyakit TB tapi juga melekat pada pasien penyakit lainnya, misalnya; kusta dan HIV dan AIDS. Stigma tentang pasien TB sangat berkaitan dengan penyakit yang tidak bisa disembuhkan, penyakit orang miskin, penyakit keturunan, penyakit kutukan, penyakit guna-guna dan lain sebagainya.
Stigma yang muncul pada penyakit TB menyebabkan munculnya diskriminasi pada pasien TB. Diskriminasi terhadap pasien TB saat ini sudah sangat berkurang dibanding tahun 1970 an, seiring denga ditemukan serta di pasarkanya obat-obatan TB kategori I ( Ethambutol, Pirazinamid, Izoniasid dan Ripampizin) dan makin meratanya layanan terhadap pasien TB hamper di seluruh Puskesmas tingkat Kecamatan di Seluruh Indonesia.
Stigma di masyarakat umum telah memunculkan diskriminasi pada pasien TB. Bentuk-bentuk diskriminasi yang muncul adalah: pengusiran, pengasingan, tidak dilayani disuatu pelayanan sosial dan atau bahkan kesehatan, pemecatan dari pekerjaaan dan lain sebagainya.
Adalah hal yang wajib untuk menghapuskan stigma negatif dan diskriminasi terhadap penderita TB. Label yang negatif dapat mengakibatkan banyak hal terutama semakin merebaknya penderita TB. Bagaimana tidak? Bila seorang penderita TB mengalami diskriminasi, dia akan dikucilkan. pengucilan ini menyebabkan dia tidak berobat dengan baik dan benar. Penderita TB aktif yang mengalami pengusiran dari tempat tinggalnya lalu pergi ke daerah baru dan bergaul dengan orang akan cepat menyebarkan kuman TB. Sehingga akan terbentuk endemi baru TB. Secara singkat akibat yang ditimbulkan adanya diskriminasi dan stigma negatif pada penderita TB adalah :
  • Pengucilan penderita TB mengakibatkan penderita tidak mendapatkan pengobatan yang benar. Hal ini mengakibatkan penderita tetap akan menderita TB yang aktif yang siap menularkan kepada orang lain terutama keluarga yang tinggal satu rumah. 
  • Pengusiran penderita TB dari tempat tinggalnya seperti yang sudah saya sebutkan di atas akan mengakibatkan penyebaran kuman TB ke daerah yang baru.
  • Tidak dilayani di suatu pelayanan sosial atau kesehatan mengakibatkan kuman TB siap aktif.
  • Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) atau pemecatan mengakibatkan kondisi sosial ekonomi penderita TB semakin terpuruk. Kondisi ekonomi yang tidak baik akan mengakibatkan penderita TB tidak mendapatkan asupan gizi yang baik karena tidak ada uang untuk membeli nutrisi yang bergizi yang mengakibatkan penyembuhan TB tidak berlangsung. Kondisi sosial ekonomi yang kurang juga akan berimbas kepada lingkungan tempat hidupnya.
Intinya semakin terjadi diskriminasi pada penderita TB semakin mengakibatkan merajalelanya kuman TB sehingga pengendalian TB akan semakin sulit. Pengendalian TB yang sulit akan berakibat beban ekonomi negara semakin berat.


STOP DISKRIMINASI & STIGMA NEGATIF

Untuk menghentikan diskriminasi dan stigma negatif terhadap penderita TB ada baiknya kita belajar sejenak tentang ilmu perilaku manusia.

MOTIVASI

Perilaku manusia itu didasari oleh suatu motivasi. Sedangkan motivasi adalah seluruh dorongan, keinginan, hasrat, dan tenaga penggerak atau dorongan lainnya yang berasal dari dalam diri individu untuk melakukan suatu tindakan. Motivasi member tujuan dan arah kepada perilaku individu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi itu adalah :
  1. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar tetapi di dalam diri individu tersebut sudah terdapat dorongan untuk melakukan sesuatu.
  2. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang ada karena dipengaruhi oleh faktor- faktor dari luar diri individu tersebut (lingkungan).
Adapun fungsi motivasi adalah :
  1. Mendorong manusia untuk berbuat, yakni sebagai penggerak atau motor yang melepas energi.
  2. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang ingin dicapai.
  3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang untuk mencapai tujuan dengan mengeliminasi perbuatan-perbuatan yang tidak mengandung manfaat bagi tujuan tersebut.
Berdasarkan pendapat Dirgagunasa karena dilatarbelakangi adanya motif maka tingkah laku tersebut disebut tingkah laku bermotivasi. Tingkah laku bermotivasi itu sendiri dapat dirumuskan sebagai tingkah laku yang dilator belakangi karena adanya suatu kebutuhan. Lingkaran Motivasi terdiri dari : 
Berdasarkan pendapat Maslow, kebutuhan dibagi berdasarkan tingkat kebutuhan manusia, yaitu :
  1. Kebutuhan fisiologis, adalah kebutuhan primer yang harus terpenuhi (kebutuhan makan, minum, seks, sandang).
  2. Kebutuhan keamanan dan keselamatan, adalah kebutuhan akan keamanan dari ancaman yakni merasa aman dari ancaman, kecelakaan, dan keselamatan dalam melakukan aktivitas.
  3. Kebutuhan sosial, adalah kebutuhan berteman, dicintai, dan mencintai serta diterima dalam pergaulan kelompok.
  4. Kebutuhan akan penghargaan diri, adalah pengakuan serta penghargaan dan prestise dari orang lain.
  5. Kebutuhan aktualisasi diri, adalah kebutuhan akan aktualisasi diri dengan menggunakan kecakapan, kemampuan, ketrampilan untuk mencapai prestise. 
Unsur kedua dari lingkaran motivasi adalah perilaku yang dipergunakan sebagai cara atau alat agar suatu tujuan bisa tercapai. Perilaku terjadi baik secara sadar maupun tidak sadar. Unsur ketiga dari lingkaran motivasi adalah tujuan yang berfungsi untuk memotivasi perilaku. Tujuan juga menentukan seberapa aktif individu akan berperilaku. Sebab, selain ditentukan oleh motif dasar, perilaku juga ditentukan oleh keadaan dari tujuan. Jika tujuannya menarik, individu akan lebih aktif lagi berperilaku.

Pada dasarnya perilaku manusia bersifat majemuk, karena itu tujuan dari perilaku tidak hanya satu. Selain tujuan pokok (primary goal), ada juga tujuan lain atau tujuan sekunder (secondary goal).

Perilaku diskriminasi terhadap penderita TB bisa timbul akibat kebutuhan keamanan dan keselamatan masyarakat yang sehat terancam. Stigma negatif yang turun temurun mereka ketahui mengakibatkan rasa takut mereka akan tertular TB. Sehingga tidak heran timbul sikap penolakan dan pengucilan bahkan pengusiran penderita TB.

PENGETAHUAN

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan ini  akan berpengaruh terhadap sikap seseorang terhadap suatu hal.

SIKAP


Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak, berpersepsi dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan, situasi atau kelompok.

Sikap mengandung daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro dan kontra terhadap sesuatu, menentukan apakah yang disukai, diharapkan dan diinginkan, mengesampingkan apa yang tidak diinginkan dan apa yang harus dihindari. 

TINDAKAN


Suatu rangsangan akan direspon oleh seseorang sesuai dengan arti rangsangan tersebut bagi orang yang bersangkutan. Respon atau reaksi inilah yang disebut dengan perilaku, bentuk-bentuk perilaku itu sendiri dapat bersifat sederhana dan kompleks.

Dalam peraturan teoritis,tingkah laku dibedakan atas sikap,dimana sikap diartikan sebagai suatu kecenderungan potensi untuk mengadakan reaksi (tingkah laku). Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu tindakan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan atau suatu fasilitas.


Pengetahuan --> Sikap --> Niat --> Tindakan

Jadi untuk mengubah tindakan yang berupa diskriminasi terhadap penderita TB diperlukan pengetahuan yang benar tentang penyakit TB sehingga sikap yang dikenal selama ini bisa berubah.

Pengetahuan sendiri dibentuk melalui beberapa tingkatan yaitu :
  • Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
  • Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secarabenar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
  • Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telahdipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum – hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
  • Analisa (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
  • Sintesis (synthetis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian – bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi – formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
  • Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Mengubah pengetahuan masyarakat tentang TB membutuhkan waktu karena tingkatan-tingkatan pengetahuan di atas. Sehingga diperlukan tindakan yang komprehensif dan terus menerus dalam menyebarkan pengetahuan TB tersebut.

Jadi kunci dari perubahan sikap dan tindakan ini adalah penyebarluasan pengetahuan yang benar tentang TB. Tentu saja pengetahuan yang benar ini diberikan kepada :
  • Masyarakat sekitar sehingga tidak memberikan stigma negatif dan diskriminasi
  • Penderita TB sehingga mempunyai perilaku sehat dan motivasi untuk berobat secara tuntas.
  • Pemerintah atau negara sehingga memiliki komitmen untuk memberantas tuntas TB
Pengetahuan yang disebarkan terutama adalah :
  • TB dapat diobati dan disembuhkan jika penderita menjalankan pengobatan TB secara tuntas.
  • Perlunya kerjasama masyarakat dan petugas kesehatan dalam menemukan penderita baru TB atau penderita yang putus obat.
  • Perlunya peran masyarakat dan negara dalam memberantas tuntas TB.
  • Adanya obat gratis yang diberikan kepada penderita TB dari pemerintah.
  • Akibat yang ditimbulkan jika penderita TB tidak diobati secara tuntas sehingga terjadi MDR TB.
  • Adanya HIV dan TB merupakan koinfeksi yang berbahaya, sehingga diperlukan perhatian khusus.
  • Stop diskriminasi dan stigma negatif terhadap penderita TB karena akan berdampak merugikan dan semakin tersebar luasnya kuman TB.
Jadi tunggu apa lagi mari kita sebarkan pengetahuan tentang penyakit TB yang benar sebagai relawan-relawan TB.

Sebagai penutup, bagi saya setiap blogger yang mengikuti blog competition TB ini adalah penyebar pengetahuan yang benar tentang TB. Selamat buat kita semua. Kita semua adalah pemenangnya. Sebagai agen-agen terbaik penyebar pengetahuan tentang TB yang benar.

Jika ingin mengetahui informasi tentang TB lebih lanjut, silahkan akses informasinya di :
Web          : http://www.tbindonesia.or.id/
Facebook : Stop TB Indonesia
Twitter       : @StopTBIndonesia

Tulisan ini diikutkan dalam Blog CompetitionTemukan dan Sembuhkan Penderita TB, Serial 8 dengan tema “Stigma dan Diskriminasi Terhadap Pasien TB”

#SembuhkanTB @TBIndonesia

Referensi :
www.tbindonesia.or.id
www.stoptbindonesia.org
www.depkes.go.id
http://repository.usu.ac.id

Artikel terkait :

Serial 1
Serial 2
Serial 3
Serial 4
Serial 5
Serial 6
Serial 7