Selasa, 08 Januari 2013

CIC (Clean Intermittent Catheterization)

Malam ini, teman saya sejawat obsgyn bertanya tentang CIC. Artikel berikut semoga bermanfaat untuknya.
CIC singkatan dari Clean Intermittent Catheterization atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai Kateterisasi berkala.
Katetrisasi berkala dikemukakan Lapides (1972) yang telah membuktikan bahwa kateterisasi berkala dengan teknik clean saja, tanpa kondisi steril cukup bermakna untuk mencegah infeksi kandung kemih.
Keuntungan CIC :
  1. Dicegah adanya tekanan intravesikal yang tinggi, atau keregangan yang berlebihan dari kandung kencing. Akibatnya aliran darah ke mukosa kandung kemih dapat dipertahankan seoptimal mungkin dan hal ini memberikan kemampuan menolak invasi bakteri.
  2. Kandung kemih dapat terisi dan dikosongkan berkala, seakan-akan kandung kemih yang berfungsi "normal". Selain ditiadakannya medium residual yang memungkinkan bakteri tumbuh dan berkembang biak, juga merupakan latihan otot kandung kemih.
  3. Dapat dicegah peregangan yang berlebihan karena volume urin yang tinggi di dalam kandung kemih, juga dapat dicegah pengerutan oleh karena kandung kemih yang selalu kosong.
  4. Memungkinkan sistem yang selalu tertutup dan meniadakan benda asing (indwelling foreign bodies)di dalam kandung kemih dengan demikian mengurangi resiko infeksi.
  5. Jika dimulai terlalu dini pada penderita trauma atau cidera sumsum tulang belakang, maka penderita dapat melewati masa spinal shock secara fisiologik sehingga afferent feedback ke sumsum tulang belakang tetap terpelihara.
  6. Penderita dapat hidup tanpa diganggu oleh kateter yang menggelantung di alat miksinya, sehingga program latihan atau kegiatan sehari-hari lebih bebas.
  7. Teknik cukup mudah, dapat diajarkan kepada penderita sendiri atau keluarga.
  8. Angka keberhasilan mencapai kondisi "bebas kateter" lebih tinggi dibanding indwelling catheterization.
Teknik CIC ini mudah, murah dan aman. Pelaksana (perawat, keluarga atau penderita sendiri) cukup mencuci tangan dengan sabun dan air bersih (clean) dapat dibantu dengan sedikit alkohol 70% untuk membersihkan jari-jari tangan dan tidak perlu memakai sarung tangan steril.
Kateter yang dipakai Nelaton kateter cukup dicuci dengan air yang sudah dididihkan, dapat juga direbus kemudian didinginkan. Secara umum CIC mengurangi komplikasi pemakaian IDC.
Syarat CIC :
  1. Bebas infus atau direncanakan untuk aff infus
  2. Pada pemeriksaan Urin Lengkap : lekosit < 5/lpb
  3. Evaluasi RUV (Residual Urine Volume) untuk mengetahui apakah perlu progran CIC atau tidak
Evaluasi RUV :
  1. Minum air 150-200 cc/jam, selama 3 jam berturut-turut
  2. Jam ke-4 dihitung urin yang dikeluarkan spontan dengan stimulasi fisik & mengejan (Forced Void Urine)
  3. Dilakukan kateterisasi Nelaton kateter No.14 atau 16, diukur urin yang didapat sebagai RUV (Residual Urine Volume).
  4. Dihitung % residual urine dengan rumus :        RUV              x 100%
                                                                              FVU + RUV
Jika RUV < atau sama dengan 20% maka bebas CIC
Jika RUV > 20 % maka perlu CIC

Program CIC :
  1. Buat daftar harian : jumlah cairan yang masuk, FVU dan RUV. Jumlah minum yang dianjurkan 1500-1800 cc dan minum terakhir jam 20.00
  2. RUV 250cc atau lebih maka CIC 6x/hari atau tiap 4 jam (siang dipendekkan sehingga kateter terakhir jam 22.00)
  3. RUV : 150-250cc maka CIC tiap 6 jam (4x/hari)
  4. RUV : 100-150cc maka CIC tiap 8 jam
  5. RUV tetap 100cc atau lebih rendah, diatas 50cc maka CIC tiap 12 jam atau 24 jam (2x atau 1x/hari)
  6. RUV 50cc atau kurang maka bebas CIC
  7. Kadang-kadang batas lebih tinggi untuk bebas CIC, 100cc untuk wanita, 75cc untuk pria.
  8. Jika bebas CIC, perlu dilakukan tes RUV tiap minggu. Jika 2x tes RUV tetap 75cc atau kurang maka tes dilakukan tiap 2 minggu, jika hasilnya tetap 75cc atau kurang tes dilakukan 4 minggu sekali.
Catatan selama program CIC :
  1. Penderita distimulasi untuk kencing dulu serta disuruh mencoba miksi sendiri sebelum dilakukan kateterisasi.
  2. Pemeriksaan UL tiap minggu, jika perlu dilakukan pemeriksaan kultur dan sensitivitas.
  3. Buat daftar harian untuk waktu kateterisasi (jam) dan jumlah RU (Residual Urine) yang disesuaikan dengan waktu tidur serta kunjungan tamu (jangan pada jam-jam kunjungan tamu).
Wah, uraiannya cukup panjang ya...Semoga bermanfaat.

Sumber : IKFR Unair

5 komentar:

  1. Bagaimana jika harus melakukan cic seumur hidup?

    BalasHapus
  2. Bisa dibantu alatnya seperti apa?

    Mksh

    BalasHapus
  3. Terima kasih atas informasinya 👍👍

    BalasHapus
  4. maaf mungkin bisa d beri contoh utk penghitungan RUV nya dg jelas

    terima kasih

    BalasHapus
  5. Trims infonya... bermanfaat sekali, Krn sy pas hamil ini agk susah kencing... bisa itu minta CIC ke rehab medis ya....

    BalasHapus