Rabu, 30 Januari 2013

DUKAKU (part 5) : SANG PENDONGENG

Sang Pendongeng, demikian judul sebuah artikel yang dimuat di halaman putih Jawa Pos yang terbit pada hari Minggu, 27 Januari 2013 yang lalu, tepatnya di halaman 8. Artikel ini ditulis oleh Tito S. Budi (pak Tito begitu kami mengenalnya) salah seorang sahabat karib bapak sebagai obituarinya.
Artikel yang singkat, sederhana yang bercerita tentang orang yang sederhana tapi inspiratif. Tidak perlu terkenal untuk mencapai kesuksesan. Tidak perlu tenar untuk menginspirasi banyak orang. Justru dalam kesederhanaan, banyak kesuksesan dilahirkan. Untuk membuat karya tidak perlu sanjungan orang, karena karya lahir dari jiwa. Dari karya yang sederhana mampu menjadi mahakarya bagi pembaca. Kesederhanaan dan kerendahan hati Bapak sangat menginspirasiku, menjadi teladan bagi hidupku. Terima kasih Bapak.
Artikel Pak Tito ini cukup mengobati kerinduan hatiku. Aku merasakan kehadiran dan sosok Bapak dalam artikel itu. Sangat jelas. Selama ini seringkali aku berburu majalah bahasa Jawa (Panjebar Semangat, Jaya Baya, Jaka Lodhang) hanya untuk melihat dan membaca tulisan yang ditulis Wisnu Sri Widodo, bapak, dan kerinduanku terpenuhi. Betapa kekanak-kanakannya diriku. Tapi tulisan bapak di majalah, bagiku, rasanya sudah berhadapan muka dengan beliau secara langsung.
Aku adalah penggemar tulisannya. Betapa tidak. Aku telah membaca karyanya sejak masih draft, sesudah diketik dan saat dimuat di majalah pun kubaca lagi. Kebiasaan itu kulakukan sejak aku SD sampai SMA. Saat kuliah sesekali membaca saat aku pulang ke Sragen. Tidak heran jika beberapa karyaku pernah menghiasi pula majalah-majalah berbahasa jawa tersebut teutama dalam rubik wacan bocah, geguritan ataupun cerita/tulisan populer lainnya.
Terima kasih Bapak untuk hadirmu dalam hidupku. Terima kasih untuk nasihatmu, ajaranmu, teladanmu dalam hidupku. Engkaulah pahlawan hidupku.
Terima kasih Tuhan untuk semuanya, untuk seorang ayah yang terbaik yang boleh aku miliki. Selamat berbahagia Bapak, bersama Tuhan di sorga...

salam sayang, rindu dan hormatku untukmu... 

Surabaya, 30 Januari 2013
Saat kerinduan itu hadir



1 komentar:

  1. Bapak, sosok pekerja keras yang tidak pernah mengeluh dan meminta balasan demi keluarganya.
    Sosok yang selalu membuatku rindu untuk pulang dari perantauan.
    Tulisannya membuatku haru dan merindu yg teramat sangat pada Bapak

    BalasHapus